Kitab Tsamrotul Janiyyah: Bab Isytighol
Assalamualaikum...
Pada bab ini Tanya Jawab tentang masalah
- Pengertian Isytighol
- Wajib nashobnya isytighol
- Contoh - contoh
(باب الإشتغال)
س ما الإشتغال؟
ج هو أن يتقدم إسم ويتأخر عنه فعل مشتغل بضمير الإسم السابق بحيث لو تفرغ له لنصبه نحو زيدا ضربته وهو منصوب بفعل محذوف يفسره المذكور
س هل نصب الإسم المشغول عنه واجب أو له حالات
ج له حالات فيجب نصبه إن وقع بعد ما يختص بالفعل كأدوات الشرط والتحضيض نحو إن زيدا أكرمته فأعطه دينارا ونحو هلا زيدا أكرمته ويجب رفعه إن وقع بعد ما يختص بالإبتداء كإذا الفجائية نحو خرجت فإذا زيد يكرمه عمرو برفع زيد على كونه مبتدأ خبره الجملة بعده أو ما يختص بالصدارة كأدوات الشرط والإستفهام والتحضيض والتعجب نحو عمرو إن قابلته فعظمه وزيد هلا كلمته والروضة هل أصلحتها والصدق ما أحسنه برفع عمرو وزيد والروضة والصدق لوقوعها قبل ما له صدر الكلام ويجوز الرفع والنصب للإسم المشغول عنه فيما عدا ذلك نحو زيد أحبه والكسول أبغضه فيجوز الرفع والنصب لزيد والكسول
Membedah "Isytighol" : Struktur Kalimat Unik dalam Tata Bahasa Arab
Bagi anda yang sedang mendalami ilmu Nahwu, pasti pernah menemukan pola kalimat yang unik, dimana sebuah kata benda (isim) muncul di awal, seolah-olah tanpa predikat yang jelas, namun diikuti oleh kalimat lengkap setelahnya. Pola ini bukan sebuah kesalahan tata bahasa, melainkan sebuah bab penting yang disebut "Isytighol"
Memahami Isytighol sangat fundamental untuk mencapai kemahiran dalam membaca teks Arab klasik dan Al-Qur'an, karena struktur ini sering digunakan untuk penekanan makna (taukid) dan keindahan bahasa (balaghah).
Mari kita bedah konsep ini berdasarkan tanya jawab dari kitab di atas
Apa itu Isytighol? Definisi dan Mekanismenya
Secara harfiah, Isytighol berarti "menyibukkan" atau "tersibukkan"
Dalam konteks Nahwu, definisinya adalah:
Isytighol adalah ketika sebuah isim (kata benda) berada di awal kalimat, dan di belakangnya terdapat sebuah fi'il (kata kerja) yang disibukkan dengan dhomir (kata ganti) dari isim yang di depan tersebut.
Mekanisme ini menciptakan struktur "seolah-olah" isim yang di depan (المشغول عنه) secara dzohir terlihat tidak memiliki amil yang menashobkannya.
Contoh
زَيْدًا ضَرَبْتُهُ
Zaidan Dhorobtuhu
- Lafadz زيدًا (Masyghul 'Anhu) isim yang di depan
- Lafadz ضربتُ (Isytighol) fi'il yang sibuk
- Lafadz هُ adalah dhomir yang merujuk pada زيدًا
Mengapa Zaidan dibaca nashob? Karena para ahli nahwu memperkirakan adanya fi'il yang dibuang sebelumnya, yang menashobkannya.
Kalimat aslinya diperkirakan seperti ini
ضَرَبْتُ زَيْدًا ضَرَبْتُهُ
Fi'il yang dibuang inilah (lafadz dhorobtu yang pertama) yang menashobkan lafadz Zaidan, dan fi'il yang disebutkan (dhorobtu yang kedua) berfungsi sebagai penafsir makna.
Tiga Kondisi Hukum I'rob Isim yang di Depan (Masyghul 'Anhu)
Hukum I'rob (perubahan harokat akhir) pada isim yang menjadi objek isytighol tidak selalu sama. Ada tiga kondisi utama yang menentukan apakah ia wajib nashob, wajib rofa', atau boleh keduanya. Kondisi ini bergantung pada elemen gramatikal yang mendahului isim tersebut.
1. Wajib Nashob
Isim di depan wajib dibaca nashob jika didahului oleh alat atau pertikel yang khusus hanya bisa masuk pada fi'il saja, yakni:
- Alat Syarat (أدوات الشرط): seperti إِنْ, contoh:
إِنْ زَيْدًا أَكْرَمْتُهُ فَأَعْطِهِ دِيْنَارًا
إن hanya masuk ke fi'il, sehingga lafadz 'زيدًا' wajib nashob, di nashibkan oleh fi'il yang diperkirakan:
إِنْ أَكْرَمْتَ زَيْدًا
- Huruf Tahdhidh (Anjuran/Motivasi) : seperti هَلَّا (mengapa tidak/bukankah sebaiknya), contoh:
هَلَّا زَيْدًا أَكْرَمْتَهُ
2. Wajib Rofa'
Isim di depan wajib rofa' (menjadi mubtada' atau subjek) jika didahului oleh alat yang khusus hanya bisa masuk oada isim saja (permulaan kalimat), atau alat yang berhak berada di posisi oaling awal kalimat (shodaroh)
- إِذًا al-Fujaiyah (Tiba-tiba), contoh:
خَرَجْتُ فَإِذًا زَيْدٌ يُكْرِمُهُ عَمْرٌو
إذا fujaiyah hanya masuk pada isim. Maka Zaidun wajib rofa' sebagai mubtada'
- Alat yang Berhak Shodaroh (Awal Kalimat): seperti alat tanya (istifham), alat syarat, atau kata ta'ajjub, contoh:
عَمْرٌو إِنْ قَابَلْتَهُ فَعَظِّمْهُ
Lafadz 'Amrun wajib rofa' karena didahului oleh In syarat yang berhak berada di awal kalimat, memutus hubungan 'Amrun dengan fi'il setelahnya.
3. Boleh Rofa' atau Nashob
Pada kondisi netral, yaitu ketika ada faktor wajib nashob atau wajib rofa' yang spesifik mendahuluinya, maka hukumnya boleh memilih antara rofa' atau nashob. Contoh:
زَيْدٌ أُحِبُّهُ
(Zaid dibaca rofa', sebagai subjek biasa)
Boleh
زَيْدًا أُحِبُّهُ
(Zaid dibaca nashob oleh fi'il yang diperkirakan)
اُحِبُّ زَيْدًا أُحِبُّهُ
Pilihan antara rofa' dan nashob disini seringkali berkaitan dengan aspek balaghoh (retorika bahasa). Menggunakan rofa' memberikan kesan fokus pada subjek (Zaid), sedangkan nashob memberikan fokus pada perbuatan (mencintai Zaid).
Kesimpulan
Bab Isytighol adalah salah satu bukti kekayaan dan kerumitan struktur bahasa arab. Ini menunjukkan bahwa satu pola kalimat bisa memiliki beberapa interpretasi gramatikal yang sah, bergantung pada konteks kalimat secara keseluruhan.
Bagi pelajar nahwu, menguasai bab ini adalah langkah maju untuk memahami fleksibilitas dan ketepatan ekspresi dalam bahasa arab.
Wassalamualaikum...
