Kitab Durrul Farid: Sifat Qiyamuhu Binafsihi
Assalamualaikum...
Sifat wajib Allah yang kelima adalah Sifat Alqiyamu Binnafsi, secara harfiah artinya Berdiri Sendiri dan lawannya adalah Sifat Aliftiqor Ilalmahal Walmukhoshish yang artinya Butuh pada tempat dan yang menentukan (menciptakan).
Pada Sifat Alqiyamu Binnafsi Mushonnif akan memaparkan dan menjelaskan tentang
- Pengertian Sifat Alqiyamu Binnafsi
- Dalil Sifat Alqiyamu Binnafsi
- Tutorial menyusun dalil
(الدر الفريد)
الصفة الخامسة الواجبة له تعالى القيام بالنفس أي الذات ومعناه أن ذات الله تعالى غنية عن محل أي ذات تقوم بها وغنية أيضا عن مخصص أي موجد لأنه تعالى الموجد للأشياء
والدليل على أنه تعالى قائم بنفسه أن تقول لو كان تعالى محتاجا إلى محل أي ذات يقوم بها كما افتقر البياض للذات التي يقوم بها لكان صفة كما أن البياض الذي افتقر إلي الذات صفة والله تعالى لايصح أن يكون صفة لأنه تعالى متصف بالصفات والصفة لاتتصف بالصفات فليس الله صفة
ولو افتقر إلى مخصص أي موجد يوجده لكان حادثا ويفتقر إلي محدث ويلزم الدور أو التسلسل وكل منهما محال لما تقدم من وجوب القدم له تعالى فثبت المطلوب وهو قيامه تعالى بنفسه وإذا ثبت له القيام بالنفس استحال عليه الإفتقار إلى المحل والمخصص الذي هو ضد القيام بالنفس
Memahami Sifat Kelima Allah: Al-Qiyamu bin Nafsi (Mandiri Mutlak)
Salah satu sifat yang paling fundamental dan serini dibahas dalam kajian sifat 20 adalah "al-Qiyamu bin Nafsi" atau "Qiyamuhu Binafsihi". Sifat ini menduduki urutan kelima dalam rangkaian sifat wajib bagi Allah Ta'ala.
Apa sebenarnya makna sifat ini? Dan mengapa kita wajib meyakininya? Mari kita bedah penjelasan bab ini secara mendalam.
Apa itu Qiyamuhu Binafsihi?
Secara harfiah, Qiyamuhu Binafsihi berarti "Berdiri dengan Sendirinya" atau "Mandiri Secara Mutlak"
Makna sifat ini mencakup dua dimensi penolakan kebutuhan yang sangat penting bagi eksistensi Tuhan Yang Maha Esa.
1. Allah Tidak Membutuhkan "محل" (Tempat/Dzat Lain)
Allah SWT tidak membutuhkan makhluk-Nya, tempat, atau dzat lain untuk "menumpang" eksistensi-Nya. Dia ada bukan karena didukung oleh sesuatu yang lain.
2. Allah Tidak Membutuhkan "مخصص" (Pengada/Pencipta)
Allah SWT tidak membutuhkan siapa pun atau apa pun untuk menciptakan-Nya atau mengadakan-Nya dari tiada menjadi ada. Dia adalah al-Khaliq (Sang Pencipta), bukan makhluk yang diciptakan.
Ringkasnya, Allah adalah al-Ghany (Yang Maha Kaya/Mandiri) dari seluruh alam semesta dan segala isinya.
Dalil Logika (Aqli) Mengapa Allah Wajib Bersifat Mandiri
Para ulama akidah menggunakan penalaran logis yang sangat kuat untuk memperkuat keyakinan ini, memastikan bahwa akal sehat sejalan dengan wahyu. Argumen ini terbagi dua, sesuai dengan dua dimensi di atas.
Argumen 1: Mustahil Allah Membutuhkan Tempat
Analogi sederhananya seperti ini: Kita mengenal sifat "putih" atau "hitam". Sifat putih tidak bisa berdiri sendiri, ia harus menempel pada suatu benda (misalnya, kertas putih, baju putih). Putih membutuhkan "tempat" (mahal/محل) untuk eksis.
- Logikanya: Seandainya Allah membutuhkan tempat untuk eksistensi-Nya, maka Allah hanyalah sebuah "sifat" (karakteristik), bukan "Dzat" yang mandiri.
- Konsekuensinya: Jika Allah hanya sebuah sifat, mustahil Allah memiliki sifat-sifat kesempurnaan lainnya (seperti Maha Kuasa, Maha Mengetahui, dll). Padahal, kita meyakini Allah memiliki sifat-sifat tersebut. Maka mustahil Allah membutuhkan tempat.
Argumen 2: Mustahil Allah Membutuhkan Pencipta
Ini adalah argumen yang paling krusial.
- Logikanya: Seandainya Allah membutuhkan Mukhossish (pencipta) yang mewujudkan-Nya, maka Allah adalah sesuatu yang hadits (baru, diciptakan), bukan Qodim (Azali tidak bermula)
- Konsekuensinya: Jika Allah baru, maka Allah pasti memiliki pencipta. Pencipta itu sendiri butuh pencipta lagi, dan seterusnya, menciptakan rantai tak berujung (tasalsul), atau kembali pada pencipta awal (daur), di mana A menciptakan B, dan B menciptakan A.
Baik tasalsul maupun daur adalah mustahil secara logika dan bertentangan dengan sifat Qidam (Azali) Allah yang telah kita yakini sebelumnya.
Oleh karena itu, satu-satunya kesimpulan yang sah adalah bahwa Allah SWT mandiri secara mutlak dan tidak membutuhkan siapa pun untuk mengadakan-Nya.
Hikmah dan Dampak Keyakinan Ini
Mengimani sifat al-Qiyamu bin Nafsi memberikan dampak yang mendalam pada kehidupan seorang muslim:
- Penguatan Tauhid: Menegaskan keesaan Allah yang mutlak, tidak bergantung pada apa pun selain diri-Nya.
- Ketenangan Jiwa: Jika Tuhan kita Maha Mandiri, maka Dialah satu-satunya tempat kita bergantung, meminta pertolongan, dan bersandar dalam segala urusan hidup.
- Memurnikan Ibadah: Kita beribadah hanya kepada Dzat yang memiliki eksistensi paling sempurna dan mendiri, bukan kepada Tuhan-tuhan palsu yang lemah dan bergantung.
Keyakinan ini membebaskan akal dan hati manusia dari segala bentuk ketergantungan kepada selain Allah SWT.
Semoga penjelasan ini semakin memantapkan iman kita terhadap keagungan Allah SWT, Rabb semesta alam yang Maha Mandiri.
Wassalamualaikum...
