Riyadul Badi'ah: Kitab Thoharoh
Assalamualaikum...
Wudhu, Mandi Wajib dan Menghilangkan Najis tidak akan sah kecuali menggunakan air suci dan menyucikan. Itulah yang akan dibahas oleh Mushonnif pada Kitab Thoharoh ini, yakni tentang Tutorial Bersuci dan juga tentang pengertian;
- Air suci dan menyucikan
- Air Musta'mal
- Air Mutanajjis
- Air dua kulah
- Air sedikit
Dan dalam Kitab Thoharoh ini terdapat beberapa pasal dan bab, namun disini saya hanya menulis 2 pasal dulu, yakni:
- Pasal tentang hukum menggunakan wadah emas dan perak
- Pasal tentang hukum Bangkai
(الرياض البديعة)
كتاب الطهارة
لايصح الوضوء والغسل وإزالة النجاسة إلا بالماء الطهور وهو الذي لم تقع فيه نجاسة ولا شيئ طاهر يذوب ولم يكن قليلا مستعملا
وينحصر في قسمين النازل من السماء والنابع من الأرض
فإذا وقع فيه شيئ من الطاهرات التي تذوب كالعسل أو ينفصل منها شيئ كالزعفران وغيره تغييرا فاحشا فهو طاهر في نفسه لكنه لا يرفع الحدث ولا يطهر النجس ولو كان ألف قربة
ومثله الماء المستعمل إن كان أقل من قلتين ولم يتغير بالنجاسة
والمستعمل هو الذي رفع به حدث أو أزيلت به نجاسة
وإذا وقع فيه نجاسة وتغير بها طعمه أولونه أورائحته ولو تغيرا يسيرا تنجس ولو كان قدر البحر. فإن لم يتغير بها منه شيئ لم يتنجس إلا إذا كان أقل من قلتين
وإذا زال تغيره بنفسه أو بماء وضع فيه عليه عاد طهورا. وكذا لو زال التغير بماء أخذ منه وكان الباقي قلتين
والقلتان خمسمائة رطل برطل بغداد وقدروها بخمس قرب من قرب الحجاز ولو وقع في السمن مثلا أو في الماء القليل نجاسة لايراها البصر المعتدل أو ميتة ليس لها دم سائل كعقرب ووزغ ولم تغيره لم يتنجس
فصل ويحل استعمال جميع المواعين الطاهرة من كل جنس إلا مواعين الذهب والفضة
فيحرم استعمالها لغير ضرورة ويحرم استعمال المطلى بذهب أو فضة إن كثر طلاؤه وتحصل منه شيئ بعرضه على النار
فصل الحيوانات كلها تنجس بموتها إلا الآدمي والسمك والجراد والمأكول المذبوح إن ذبح ذبحا شرعيا وجلودها تطهر بالدباغ ظاهرا وباطنا إلا جلد الكلب والخنزير والمتولد منهما أو من أحدهما
وإذا دبغ الجلد ولم يغسل بعد دبغه صار متنجسا فلا يحل استعماله مع الرطوبة ولاتصح الصلاة معه إلا بعد غسله
Kitab Thoharoh: Hukum Air, Bejana, dan Penyamakan Kulit
Dalam literatur fikih, Thoharoh atau bersuci adalah pintu utama sebelum seseorang melaksanakan ibadah, terutama sholat. Memahami jenis air dan alat yang digunakan untuk bersuci sangatlah krusial. Bab ini akan mengulas ringkasan hukum thoharoh yang mencakup klasifikasi air, hukum penggunaan bejana, hingga aturan mengenai bangkai dan kulit hewan.
1. Klasifikasi Air dalam Bersuci
Tidak semua air dapar digunakan untuk beribadah. Syarat sahnya wudhu, mandi wajib, dan menghilangkan najis adalah dengan menggunakan Air Thohur "طهور" (Suci lagi Menyucikan)
Apa itu Air Thohur?
Air Thohur (طهور) adalah air yang turun dari langit atau memancar dari bumi yang belum tercampur najis atau belum digunakan untuk bersuci (Musta'mal)
Air Suci yang Tidak Menyucikan
Ada kalanya air tetap suci secara zatnya tetapi kehilangan kemampuannya untuk menyucikan. Hal ini terjadi apabila:
- Tercampur Benda Suci: Air yang tercampur benda suci (seperti madu atau za'faron) hingga mengalami perubahan sifat yang drastis (تغييرا فاحشا)
- Air Musta'mal: Air dalam jumlah sedikit (kurang dari dua qullah) yang telah digunakan untuk mengangkat hadas atau menghilangkan najis.
Hukum Air yang Terkena Najis
Status air yeng terkena najis bergantung pada volume dan perubahan sifatnya:
- Air Sedikit (Kurang dari Dua Qullah): Menjadi najis seketika saat terkena najis, meskipun sifat airnya tidak berubah.
- Air Banyak (Dua Qullah atau Lebih): Hanya menjadi najis jika salah satu sifatnya (warna, rasa, atau aroma) berubah. Jika tidak ada perubahan, air tetap menyucikan
- Cara Menyucikan Kembali: Air najis bisa menjadi suci kembali jika perubahan sifatnya hilang dengan sendirinya atau dengan ditambahkan air baru.
Catatan Ukuran: Dua Qullah setara dengan 500 kati Baghdad atau sekitar 5 qurbah (wadah air) Hijaz.
2. Hukum Penggunaan Bejana (Wadah)
Secara hukum asal, semua jenis wadah dari bahan apa pun (seperti kayu, besi, atau tanah liat) diperbolehkan untuk digunakan, selama bahan tersebut suci
Larangan Emas dan Perak
Islam melarang penggunaan wadah yang terbuat dari emas dan perak untuk keperluan sehari-hari kecuali dalam keadaan darurat. Larangan ini juga mencakup wadah yang disepuh (dilapisi) emas atau perak jika lapisan tersebut cukup tebal dan bisa terpisah jika dipanaskan.
3. Hukum Hewan dan Penyamakan Kulit
Kematian hewan membawa konsekuensi hukum terhadap kesucian fisiknya
Status Bangkai
Setiap hewan yang mati tanpa disembelih secara syar'i dianggap najis (bangkai), kecuali tiga jenis
- Manusia
- Ikan
- Belalang
Adapun hewan yang boleh dimakan, jika disembelih sesuai syariat, maka statusnya suci.
Mensucikan Kulit dengan Penyamakan (Dibaagh)
Kulit dari bangkai hewan (kecuali anjing dan babi) dapat disucikan melalui proses penyamakan. Penyamakan menyucikan kulit baik bagian luar maupun dalam.
Penting: Setelah proses samak selesai, kulit tersebut wajib dicuci dengan air sebelum digunakan untuk sholat atau digunakan dalam keadaan basah, karena sisa bahan penyamak dianggap mutanajjis
Kesimpulan
Memahami detail dalam Kitab Thoharoh memastikan bahwa sarana yang kita gunakan untuk beribadah telah memenuhi standar syariat. Dimulai dari memastikan air mencapai kriteria thohur, menggunakan wadah yang diperbolehkan, hingga memastikan kesucian pakaian yang berasal dari kulit hewan.
Wassalamualaikum...
